Han Na o Han Na katakan padaku kematian macam apa yang tak akan menundukkan kepala di hadapan mata si gila Sungguh menyenangkan usiaku lewat sia sia karena membayangkanmu Tersenyum senyum sendiri melihat wajahmu meloncat dari satu benda ke benda lain Sedih mengharu biru kala teringat kau dan aku tak mungkin bisa bersatu Sajak sajak di dalam buku ini saya buat dalam rentang waktu tujuh tahun 2011 2018 Semula saya menulis sajak sajak eksistensial Namun setelah jengah dengan tema itu saya beralih menulis sajak sajak cinta Tujuannya adalah agar pandangan saya terhadap puisi tidak lagi berlebih lebihan dengan misalnya menganggapnya sebagai sesuatu yang monastik Saya seorang lelaki yang kebetulan bisa menulis sajak dan sebagaimana lelaki lain saya pernah mengalami jatuh cinta Sehingga lahirlah dari tangan saya sajak sajak cinta yang terhimpun di dalam buku ini Muhammad Ali FakihHan Na o Han Na, katakan padaku kematian macam apa yang tak akan menundukkan kepala di hadapan mata si gila? Sungguh menyenangkan usiaku lewat sia-sia karena membayangkanmu Tersenyum-senyum sendiri melihat wajahmu meloncat dari satu benda ke benda lain Sedih mengharu-biru kala teringat kau dan aku tak mungkin bisa bersatu * Sajak-sajak di dalam buku ini saya buat dalam rentang waktu tujuh tahun ...(2011–2018). Semula, saya menulis sajak-sajak eksistensial. Namun, setelah jengah dengan tema itu, saya beralih menulis sajak-sajak cinta. Tujuannya adalah agar pandangan saya terhadap puisi tidak lagi berlebih-lebihan dengan, misalnya, menganggapnya sebagai sesuatu yang monastik. Saya seorang lelaki yang kebetulan bisa menulis sajak, dan—sebagaimana lelaki lain—saya pernah mengalami jatuh cinta. Sehingga, lahirlah dari tangan saya sajak-sajak cinta yang terhimpun di dalam buku ini. Muhammad Ali Fakih