Jauh sebelum derak langkah kakimu melintas didepan mataku Pada pertemuan pertama yang memang sudah Allah rencanakan diluar nalar dan sangkaan seorang hamba Sampai pada rasa yang timbul tumbuh membesar menjadi cinta tapi ujung ujungnya pergi Aku telah pelajari dalam dalam sehangat apapun memeluk sekuat apapun menggenggam seberusaha apapun untuk menjaga yang tidak ditakdirkan untukku bukanlah milikku dan tak akan pernah jadi milikku layaknya dirimu Seperti senja yang rela pergi demi kedatangan malam seperti rembulan yang tulus mencintai kegelapan seperti hati yang harus kupatahkan untuk kebahagiaan orang lain itulah kerelaan Menerka kehadiran seseorang untuk bersama menetap atau hanya untuk bepergian lagi memanglah kesulitan terbesar bagi hati Tapi berlapang dada akan selalu menjadi pilihan terakhir yang harus ditelan perlahan usai takdir Untuk ikhlas terhadap apa yang tidak sama dengan keinginan hati aku sudah terlatih bahkan sudah ahli dalam hal itu Aku sadar bahwa menyatu dan bersama denganmu ternyata hanyalah keinginanku bukan keinginan takdir Akulah yang tidak pantas disandingkan dengan dirimu dan kamu memanglah bukan yang di takdirkan untukku Karena Bersama memang Bukanlah Takdir Kita Jauh sebelum derak langkah kakimu melintas didepan mataku. Pada pertemuan pertama yang memang sudah Allah rencanakan diluar nalar dan sangkaan seorang hamba. Sampai pada rasa yang timbul, tumbuh, membesar menjadi cinta, tapi ujung-ujungnya pergi. Aku telah pelajari dalam-dalam, sehangat apapun memeluk, sekuat apapun menggenggam, seberusaha apapun untuk menjaga, yang tidak ditakdirkan ...untukku bukanlah milikku, dan tak akan pernah jadi milikku, layaknya dirimu. Seperti senja yang rela pergi demi kedatangan malam, seperti rembulan yang tulus mencintai kegelapan, seperti hati yang harus kupatahkan untuk kebahagiaan orang lain, itulah kerelaan. Menerka kehadiran seseorang untuk bersama, menetap, atau hanya untuk bepergian lagi memanglah kesulitan terbesar bagi hati. Tapi, "berlapang dada" akan selalu menjadi pilihan terakhir yang harus ditelan perlahan usai takdir. Untuk ikhlas terhadap apa yang tidak sama dengan keinginan hati, aku sudah terlatih, bahkan sudah ahli dalam hal itu. Aku sadar bahwa menyatu dan bersama denganmu ternyata hanyalah keinginanku, bukan keinginan takdir. Akulah yang tidak pantas disandingkan dengan dirimu, dan kamu memanglah bukan yang di takdirkan untukku. Karena Bersama memang Bukanlah Takdir Kita.