Kehidupan Petani Penderes Gula Kelapa di Pangandaran

Kehidupan Petani Penderes Gula Kelapa di Pangandaran

Ahmad Toni Harlindo

Telah di baca oleh 2 pemustaka, dengan total durasi baca 00:01:03

Deskripsi Buku

Permasalahan pokok yang dikaji dalam buku ini adalah bagaimana peranan petani penderes dalam mengembangkan industri gula kelapa di Pangandaran pada kurun waktu 1960 2005 Permasalahan utama tersebut dijabarkan lagi ke dalam empat pertanyaan besar sebagai fokus kajian penelitian yaitu Bagaimana munculnya petani penderes gula kelapa di Pangandaran sebelum industri gula kelapa berkembang pesat Bagaimana upaya petani penderes di Pangandaran dalam meningkatkan produktivitas industri rumah tangga gula kelapanya tahun 1960 2005 Bagaimana perubahan sosial ekonomi yang dialami oleh petani penderes gula kelapa Pangandaran tahun 1960 2005 danBagaimana peranan Lembaga Swadaya Masyarakat dan pemerintah bagi petani penderes gula kelapa di Pangandaran Keberadaan petani penderes gula kelapa di Pangandaran sudah berlangsung sangat lama Awalnya sekitar tahun 1950 an gula kelapa diproduksi hanya untuk sebagai konsumsi keluarga sehari hari dan warga sekitar lingkungannya Kemudian sebonjor gula kelapa sepuluh butir yang dibungkus kelaras daun pisang kering mulai dipasarkan berkeliling dari kampung ke kampung atau desa ke desa Pada tahun 1968 pemasaran gula kelapa mulai mengalami kemajuan dengan adanya warung kelontongan bernama PD Samudra yang kemudian menjadi bandar gula kelapa yang menyetok dan memasarkan gula kelapa ke pasar pasar tradisional dan ke kota kota seperti Bandung dan Jakarta Di kota gula kelapa dikonsumsi sebagai pemanis makanan seperti bumbu masakan dapur es dawet rujak dan sebagainya Selain itu gula kelapa Pangandaran juga dipakai sebagai bahan dasar pembuatan kecap di pabrik pabrik yang di antaranya sudah memiliki merek yang cukup dikenal masyarakat luas seperti kecap Bango ABC dan Indofood Proses pembuatan gula kelapa Pangandaran dikerjakan dalam rumah industri kecil atau industri rumah tangga yang pada umumnya dikerjakan oleh sang penderes suami dengan sang istrinya Awalnya usaha ini hanya menjadi usaha sampingan yang dikerjakan oleh sedikit orang orang di Pangandaran Kemudian seiring waktu keterampilan membuat gula kelapa ini menjadi mata pencaharian yang banyak diminati oleh warga Pangandaran Akhirnya industri gula kelapa pun dapat menjadi mata pencaharian utama yang mandiri sebagaimana mata pencaharian mata pencaharian lainnya Meskipun demikian masih banyak petani penderes yang masih tetap menggarap sawah dan kebun Perkembangan yang signifikan terjadi pada tahun 2003 dengan dibentuknya sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat bernama Asosiasi Gula Kelapa Priangan AGKP yang didirikan khusus untuk mengurusi persoalan petani penderes se Priangan Ciamis Tasikmalaya dan Garut yang bertempat di Pangandaran Sebagai perhatiannya pemerintah juga pada tahun 2004 mendirikan Sub Terminal Agri Bisnis STA di Parigi yang bergerak di bidang pergulakelapaan Permasalahan pokok yang dikaji dalam buku ini adalah bagaimana peranan petani penderes dalam mengembangkan industri gula kelapa di Pangandaran pada kurun waktu 1960-2005. Permasalahan utama tersebut dijabarkan lagi ke dalam empat pertanyaan besar sebagai fokus kajian penelitian, yaitu:

    Bagaimana munculnya petani penderes gula kelapa di Pangandaran sebelum industri gula kelapa berkembang pesat;Bagaimana ...
Keberadaan petani penderes gula kelapa di Pangandaran sudah berlangsung sangat lama. Awalnya sekitar tahun 1950-an gula kelapa diproduksi hanya untuk sebagai konsumsi keluarga sehari-hari dan warga sekitar lingkungannya. Kemudian sebonjor gula kelapa (sepuluh butir) yang dibungkus kelaras (daun pisang kering) mulai dipasarkan berkeliling dari kampung ke kampung atau desa ke desa.Pada tahun 1968 pemasaran gula kelapa mulai mengalami kemajuan dengan adanya warung kelontongan bernama PD. Samudra, yang kemudian menjadi bandar gula kelapa yang menyetok dan memasarkan gula kelapa ke pasar-pasar tradisional dan ke kota-kota seperti Bandung dan Jakarta.Di kota gula kelapa dikonsumsi sebagai pemanis makanan seperti bumbu masakan dapur, es dawet, rujak dan sebagainya. Selain itu, gula kelapa Pangandaran juga dipakai sebagai bahan dasar pembuatan kecap di pabrik-pabrik yang di antaranya sudah memiliki merek yang cukup dikenal masyarakat luas, seperti kecap Bango, ABC, dan Indofood.Proses pembuatan gula kelapa Pangandaran dikerjakan dalam rumah industri kecil atau industri rumah tangga yang pada umumnya dikerjakan oleh sang penderes (suami) dengan sang istrinya. Awalnya usaha ini hanya menjadi usaha sampingan yang dikerjakan oleh sedikit orang-orang di Pangandaran.Kemudian seiring waktu keterampilan membuat gula kelapa ini menjadi mata pencaharian yang banyak diminati oleh warga Pangandaran. Akhirnya industri gula kelapa pun dapat menjadi mata pencaharian utama yang mandiri sebagaimana mata pencaharian-mata pencaharian lainnya. Meskipun demikian masih banyak petani penderes yang masih tetap menggarap sawah dan kebun.Perkembangan yang signifikan terjadi pada tahun 2003 dengan dibentuknya sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat bernama Asosiasi Gula Kelapa Priangan (AGKP) yang didirikan khusus untuk mengurusi persoalan petani penderes se-Priangan (Ciamis, Tasikmalaya dan Garut) yang bertempat di Pangandaran. Sebagai perhatiannya, pemerintah juga pada tahun 2004 mendirikan Sub Terminal Agri Bisnis (STA) di Parigi yang bergerak di bidang pergulakelapaan.

Detail Buku

Ketersediaan
1/1
Jumlah Halaman
237
Kategori
Sub Kategori
Penerbit
Tahun Terbit
ISBN
978-623-338-006-5
eISBN
978-623-338-007-2

Koleksi lain dari Ahmad Toni Harlindo

Lihat Semua

Buku Rekomendasi

Lihat Semua

Buku Terkait

Lihat Semua