Di sudut kamar buku sketsa tergeletak Halaman halaman berlipat kisah terpendam Goresan pensil tajam seperti luka Menceritakan rasa yang tak terucapkan Setiap sketsa bayang bayang kisah Dari senyuman hingga air mata Garis garis melintang menggambarkan jiwa Penuh dengan kenangan pahit dan manis bersatu Di antara warna ada kesedihan Luka yang tergores dalam setiap penciptaan Namun di balik itu ada harapan bersinar Melukis kembali merajut mimpi yang pudar Kau ajarkan bahwa luka adalah seni Dalam setiap garis ada kekuatan terpendam Buku sketsa ini menjadi cermin jiwa Menampung luka mengubahnya jadi cerita Di sudut kamar, buku sketsa tergeletak, Halaman-halaman berlipat, kisah terpendam. Goresan pensil, tajam seperti luka, Menceritakan rasa yang tak terucapkan. Setiap sketsa, bayang-bayang kisah, Dari senyuman hingga air mata. Garis-garis melintang, menggambarkan jiwa, Penuh dengan kenangan, pahit dan manis bersatu. Di antara warna, ada kesedihan, Luka yang tergores dalam setiap penciptaan. Namun di balik itu, ada harapan bersinar, Melukis kembali, merajut mimpi ...yang pudar. Kau ajarkan, bahwa luka adalah seni, Dalam setiap garis, ada kekuatan terpendam. Buku sketsa ini, menjadi cermin jiwa, Menampung luka, mengubahnya jadi cerita.