TELUK HAYAT Oleh Raudal Tanjung Banua 1 INI sebuah teluk yang tak bisa diterka perangainya kadang langit terang cuaca riaknya tenang tak berbusa ombak hanya bertenaga seekor kuda poni dan pemandangan cantik ini tak satu pun kan menghalangi tetapi pada hari hari tertentu tak pandang Kemis atau Minggu ia bisa tak terduga mengombak keras bagai tenaga seribu ekor kuda jalang membelah hamparan padang prairi mengelucak setiap yang dilalui dengan tangantangan gaibnya ligat mengguncang perahu dan kapal kapal bahkan sungai yang bermuara di lengkung teluk itu tampak seperti hendak berbalik ke hulu membuat siapa pun dicengkram lungkrah ketakutan tanpa bisa menerka kapan semua ini akan berakhirangin reda ombak reda gelombang melipat punggung terjalnya buih kembali ke sebotol bir Namun meski harapan itu tak terucap dalam doa hari hari yang lebih sering tetap saja menyenangkan di mana orangorang duduk melingkar di kedai terbuka menghadap dermaga terbahak dan beberapa tampak menunjuk nunjuk langit biru laut biru dan karang karangnya yang biru seakan penuh rencana dan persis saat itu perempuan perempuan teluk lewat dengan rok terkembang lebar seperti payung terbalik di udara di atas kepala mereka kaki jenjang mereka melangkah ringan ke tepian teluk membawa mangkuk mangkuk berisi minyak ikan 11TELUK HAYAT Oleh : Raudal Tanjung Banua 1. INI sebuah teluk yang tak bisa diterka perangainya, kadang langit terang cuaca, riaknya tenang tak berbusa, ombak hanya bertenaga seekor kuda poni, dan pemandangan cantik ini tak satu pun kan menghalangi; tetapi pada hari-hari tertentu, tak pandang Kemis atau Minggu, ia bisa tak ...terduga, mengombak keras bagai tenaga seribu ekor kuda jalang membelah hamparan padang prairi, mengelucak setiap yang dilalui dengan tangantangan gaibnya, ligat mengguncang perahu dan kapal-kapal, bahkan sungai yang bermuara di lengkung teluk itu tampak seperti hendak berbalik ke hulu, membuat siapa pun dicengkram lungkrah ketakutan tanpa bisa menerka kapan semua ini akan berakhirangin reda ombak reda, gelombang melipat punggung terjalnya, buih kembali ke sebotol bir. Namun, meski harapan itu tak terucap dalam doa, hari-hari yang lebih sering tetap saja menyenangkan di mana orangorang duduk melingkar di kedai terbuka menghadap dermaga, terbahak, dan beberapa tampak menunjuk-nunjuk langit biru laut biru dan karang-karangnya yang biru, seakan penuh rencana; dan persis saat itu perempuan-perempuan teluk lewat dengan rok terkembang lebar seperti payung terbalik di udara, di atas kepala mereka; kaki jenjang mereka melangkah ringan ke tepian teluk membawa mangkuk-mangkuk berisi minyak ikan 11