Kuasa dan Hegemoni pada Etnis Bajo
Akhmad Marhadi
Telah di baca oleh 0 pemustaka, dengan total durasi baca 00:00:00
Deskripsi Buku
Membaca buku ini kita akan diajak memasuki peta kehidupan patron klien etnis Bajo dengan berbagai persoalan sosiokultural yang dihadapi Kesenjangan dan ketimpangan ekonomi sulitnya akses menuju lokasi perlambatan akses informasi dan komunikasui modernisasi yang tersumbat serta kuatnya tradisi mewarnai kehidupan mereka sehari hari Kondisi tersebut turut melanggengkan relasi patron klien dalam interdependensi ekonomi yang meluas ke persoalan sosiokultural Dalam struktur sosial masyarakat Bajo para pemilik modal ekonomi patron disebut punggawa dan orang orang yang bekerja untuk para punggawa klien disebut sawi Melalui kekuatan modalnya punggawa mengasosiasikan kepentingan ekonomi dan kekuasaannya dengan memberikan pekerjaan kepada sawi untuk menangkap ikan dengan sistem bagi hasil serta perlindungan subsistensi lainnya Walaupun demikian ternyata juga terjadi praktik monopoli pihak punggawa dalam perdagangan ikan hasil tangkapan para nelayan di wilayah tersebut Artinya punggawa mendapat keuntungan ganda dari relasi tersebut yakni pembagian hasil tangkapan dari sawi dan laba hasil perdagangan ikan Membaca buku ini, kita akan diajak memasuki peta kehidupan patron-klien etnis Bajo dengan berbagai persoalan sosiokultural yang dihadapi. Kesenjangan dan ketimpangan ekonomi, sulitnya akses menuju lokasi, perlambatan akses informasi dan komunikasui, modernisasi yang tersumbat, serta kuatnya tradisi mewarnai kehidupan mereka sehari-hari. Kondisi tersebut turut melanggengkan relasi patron klien dalam interdependensi ekonomi ...yang meluas ke persoalan sosiokultural. Dalam struktur sosial masyarakat Bajo, para pemilik modal ekonomi (patron) disebut punggawa, dan orang-orang yang bekerja untuk para punggawa (klien) disebut sawi. Melalui kekuatan modalnya, punggawa mengasosiasikan kepentingan ekonomi dan kekuasaannya dengan memberikan pekerjaan kepada sawi untuk menangkap ikan dengan sistem bagi hasil, serta perlindungan subsistensi lainnya. Walaupun demikian, ternyata juga terjadi praktik monopoli pihak punggawa dalam perdagangan ikan hasil tangkapan para nelayan di wilayah tersebut. Artinya, punggawa mendapat keuntungan ganda dari relasi tersebut, yakni pembagian hasil tangkapan dari sawi dan laba hasil perdagangan ikan.
