Siang hari lainnya hujan turun Di ujung jendela buram itu aku memandangi titik titik air yang jatuh di halaman Tempiasnya meninggalkan bercak hitam dan keropos di tepi jendela Hujan selalu membuatku kangen akan matahari Pada suatu musim kemarau ketika tidak ada pendingin ruangan Pada terik yang mengeringkan kulit hingga gersangnya mendidihkan kepala Pada sinar dan sepoi angin yang mengeringkan pakaian pakaian di jemuran dalam beberapa jam Betapa mudah sebenarnya kita rindu pada hal hal yang sederhana Mungkin saja suatu hari nanti kenangan itu mengering mengerut seperti semangka yang terlalu lama terbuka digantikan lupa dan uban yang memenuhi kepala Jika saat itu tiba aku ingin kamu tetap di sini menemani Menjadi musim panasku yang mengeringkan sepasang kaus kaki basah dan meninggalkan rasa hangat di kalbu Bersamamu aku tak lagi merindu matahari Siang hari lainnya hujan turun. Di ujung jendela buram itu, aku memandangi titik-titik air yang jatuh di halaman. Tempiasnya meninggalkan bercak hitam dan keropos di tepi jendela. Hujan selalu membuatku kangen akan matahari. Pada suatu musim kemarau ketika tidak ada pendingin ruangan. Pada terik yang mengeringkan kulit hingga gersangnya mendidihkan kepala. ...Pada sinar dan sepoi angin yang mengeringkan pakaian-pakaian di jemuran dalam beberapa jam. Betapa mudah sebenarnya kita rindu pada hal-hal yang sederhana. Mungkin saja suatu hari nanti kenangan itu mengering, mengerut seperti semangka yang terlalu lama terbuka, digantikan lupa dan uban yang memenuhi kepala. Jika saat itu tiba, aku ingin kamu tetap di sini menemani. Menjadi musim panasku, yang mengeringkan sepasang kaus kaki basah dan meninggalkan rasa hangat di kalbu. Bersamamu, aku tak lagi merindu matahari.