Daratan yang kasar air yang jernih dan bebatuan di pinggiran sungai Beberapa membayangkan betapa menakutkannya tempat ini dipenuhi oleh bangkai dan hewan buas dihujani oleh serangga dan beberapa tumbuhan beracun Pohon pohon yang menjulang tinggi disepanjang perjalanan selalu menemani disana mereka biasa menyebutnya sebagai hutan Namun siapa yang tahu bahwa dalam daerah berbahaya itu ada seseorang yang ingin tinggal atau lebih tepatnya hanya tempat itulah satu satunya rumahnya Pagi selalu dihiasi dengan sinar matahari yang menembus rumah lapuknya Ketika ia menoleh sudah ada burung hantu yang menemaninya Burung yang seharusnya nokturnal itu sepertinya membawa kabar dalam sepucuk surat yang diikat di kaki kanannya Ia mengambilnya perlahan disana ada tulisan seseorang yang selalu ia rindukan Di masa lalu pertemuan kita bisa diabadikan dalam sajak indah di masa yang akan datang kenapa kertas kita masih kosong Kamu tak dapat berhenti mengayuh karena bagaimana pun jejak roda sebelumnya akan terinjak dengan yang baru Ada dua jiwa yang selalu menjaga utuh arti dari setiap karangan bunga Dapatkah semua kemalangan ditimpakan begitu saja oleh makhluk tak berdaya Tidak tak ada yang mampu kecuali Pencipta Semesta Jangan menghardik apa yang telah Ia cintai Aku pastikan untuk menemukanmu di ujung penantian Kisah kita belum berakhir Tak ada kepergian yang patut diratapi cukup dikenang dengan syahdu Seseorang mengetuk pintu miliknya ia hanya tersenyum dan berkata Tunggulah sebentar ada cerita yang harus kutuntaskan hari ini Daratan yang kasar, air yang jernih, dan bebatuan di pinggiran sungai. Beberapa membayangkan betapa menakutkannya tempat ini, dipenuhi oleh bangkai dan hewan buas, dihujani oleh serangga, dan beberapa tumbuhan beracun. Pohon-pohon yang menjulang tinggi disepanjang perjalanan selalu menemani, disana mereka biasa menyebutnya sebagai hutan. Namun, siapa yang tahu bahwa dalam daerah ...berbahaya itu ada seseorang yang ingin tinggal, atau lebih tepatnya hanya tempat itulah satu-satunya rumahnya. Pagi selalu dihiasi dengan sinar matahari yang menembus rumah lapuknya. Ketika ia menoleh, sudah ada burung hantu yang menemaninya. Burung yang seharusnya nokturnal itu, sepertinya membawa kabar dalam sepucuk surat yang diikat di kaki kanannya. Ia mengambilnya perlahan, disana ada tulisan seseorang yang selalu ia rindukan. "Di masa lalu pertemuan kita bisa diabadikan dalam sajak indah, di masa yang akan datang kenapa kertas kita masih kosong?" "Kamu tak dapat berhenti mengayuh, karena bagaimana pun jejak roda sebelumnya akan terinjak dengan yang baru." "Ada dua jiwa yang selalu menjaga utuh arti dari setiap karangan bunga." "Dapatkah semua kemalangan ditimpakan begitu saja oleh makhluk tak berdaya? Tidak, tak ada yang mampu kecuali Pencipta Semesta. Jangan menghardik apa yang telah Ia cintai." "Aku pastikan untuk menemukanmu di ujung penantian. Kisah kita belum berakhir." "Tak ada kepergian yang patut diratapi, cukup dikenang dengan syahdu." Seseorang mengetuk pintu miliknya, ia hanya tersenyum dan berkata, "Tunggulah sebentar, ada cerita yang harus kutuntaskan hari ini."