Berpegangan yang kuat ya Kak Akbar berkata pelan Aku mengangguk sambil menyeka pipi dan hidung supaya berhenti menangis Berat badanku dua kali lipat dibandingkan berat kayu bakar yang dibawa Kak Akbar Entah kekuatan apa yang hadir dengan langkah patah patah Kak Akbar terus berjalan maju menuruni lereng bukit Dua kali ia terjatuh di lumpur dua kali pula ia berdiri Napasnya tersengal detak jantungnya terdengar Keringat menderas di lehernya hutan pun mulai gelap di kejauhan suara azan Magrib mulai terdengar Aku anak kecil yang bersyukur memiliki kakak dan orang tua yang sayang padaku Aku berjanji akan menyelesaikan sekolah dan melanjutkannya lebih tinggi agar mereka bangga padaku “Berpegangan yang kuat ya.” Kak Akbar berkata pelan. Aku mengangguk sambil menyeka pipi dan hidung supaya berhenti menangis. Berat badanku dua kali lipat dibandingkan berat kayu bakar yang dibawa Kak Akbar. Entah kekuatan apa yang hadir, dengan langkah patah-patah Kak Akbar terus berjalan maju, menuruni lereng bukit. Dua kali ia terjatuh di lumpur, ...dua kali pula ia berdiri. Napasnya tersengal, detak jantungnya terdengar. Keringat menderas di lehernya, hutan pun mulai gelap, di kejauhan suara azan Magrib mulai terdengar. Aku … anak kecil yang bersyukur memiliki kakak dan orang tua yang sayang padaku. Aku berjanji akan menyelesaikan sekolah dan melanjutkannya lebih tinggi agar mereka bangga padaku.