mengajukan beasiswa meminta surat keringanan biaya sekolah hingga bekerja paroh waktu pun mereka kerjakan Dan salah satu dari anak itu adalah aku Berbagai sekolah pun kudatangi Baik yang negeri maupun swasta Mencoba menaroh surat lamaran di sana Beberapa sekolah ada yang merespon dengan baik Namun ada pula sekolah sekolah yang tak merespon kami sama sekali Mereka sekolah berlabel negeri mengatakan pihaknya tidak boleh menerima guru honorer karena untuk saat ini pemerintah setempat melarang mengambil guru honorer Sungguh miris Kalau begitu ngapain ada sekolah tinggi keguruan segala Bubarin aja sekalian Umpatku dalam hati Berbulan bulan menunggu tidak ada surat panggilan untukku Aku tahu dan aku sadar aku tak memiliki koneksi dengan siapapun pihak pihak di dalam sekolah Apakah ini juga bagian dari alasan Entahlah aku tidak tahu Agustus 2011 aku kembali ke kota kelahiranku Mencoba meniti karier di kota sendiri Trauma dengan kejadian di sekolah berlabel negeri akhirnya aku memutuskan untuk melamar ke sekolah sekolah swasta saja Aku fokuskan ke sekolah swasta yang berada di bawah naungan departemen agama Aku berharap sekolah ini bisa lebih baik dan lebih adil karena berlandaskan ajaran agama Selain itu aku juga bisa memperdalam ilmu agamaku Tujuanku saat ini bukanlah materi Mustahil jika aku mengharapkan upah yang besar Tapi lebih didasari pada semangat yang berkobar di dalam diriku Untuk bisa berbagi ilmu dengan mereka peserta didik Inilah jihadku untuk dunia pendidikan Satu persatu sekolah pun kudatangi Alhamdulillah dari beberapa sekolah itu aku bisa bertatap muka langsung dengan kepala sekolah Dengan begitu aku bisa menjelaskan secara detail apa tujuanku juga keahlian keahlian lain yang aku miliki selain disiplin ilmu yang kupelajari Seorang kepala sekolah menyatakan saat ini tidak ada lowongan untuk guru matematika tapi beliau tertarik dengan salah satu sertifikat jurnalistik yang aku lampirkan dalam surat lamaranku itu Beliau membutuhkan guru pembimbing untuk ekstrakulikuler mading Aku senang sekali mendengarnya namun beliau tidak bisa menerimaku saat ini juga Beliau mengatakan akan memanggilku saat tahun ajaran baru nanti Di sekolah lain kepala sekolah mengatakan bahwa sekolahnya memang sangat membutuhkan guru matematika Tapi peraturan yayasan menyatakan tidak boleh menerima 8mengajukan beasiswa, meminta surat keringanan biaya sekolah hingga bekerja paroh waktu pun mereka kerjakan. Dan salah satu dari anak itu adalah aku. Berbagai sekolah pun kudatangi. Baik yang negeri maupun swasta. Mencoba menaroh surat lamaran di sana. Beberapa sekolah ada yang merespon dengan baik. Namun ada pula sekolah-sekolah yang tak merespon ...kami sama sekali. Mereka (sekolah berlabel negeri) mengatakan pihaknya tidak boleh menerima guru honorer karena untuk saat ini pemerintah setempat melarang mengambil guru honorer. Sungguh miris. Kalau begitu ngapain ada sekolah tinggi keguruan segala. Bubarin aja sekalian. Umpatku dalam hati. Berbulan-bulan menunggu tidak ada surat panggilan untukku. Aku tahu dan aku sadar, aku tak memiliki koneksi dengan siapapun pihak-pihak di dalam sekolah. Apakah ini juga bagian dari alasan? Entahlah, aku tidak tahu. Agustus 2011 aku kembali ke kota kelahiranku. Mencoba meniti karier di kota sendiri. Trauma dengan kejadian di sekolah berlabel negeri akhirnya aku memutuskan untuk melamar ke sekolah-sekolah swasta saja. Aku fokuskan ke sekolah swasta yang berada di bawah naungan departemen agama. Aku berharap sekolah ini bisa lebih baik dan lebih adil karena berlandaskan ajaran agama. Selain itu, aku juga bisa memperdalam ilmu agamaku. Tujuanku saat ini bukanlah materi. Mustahil jika aku mengharapkan upah yang besar. Tapi lebih didasari pada semangat yang berkobar di dalam diriku. Untuk bisa berbagi ilmu dengan mereka (peserta didik). Inilah jihadku untuk dunia pendidikan. Satu persatu sekolah pun kudatangi. Alhamdulillah dari beberapa sekolah itu, aku bisa bertatap muka langsung dengan kepala sekolah. Dengan begitu aku bisa menjelaskan secara detail apa tujuanku juga keahlian-keahlian lain yang aku miliki selain disiplin ilmu yang kupelajari. Seorang kepala sekolah menyatakan saat ini tidak ada lowongan untuk guru matematika, tapi beliau tertarik dengan salah satu sertifikat jurnalistik yang aku lampirkan dalam surat lamaranku itu. Beliau membutuhkan guru pembimbing untuk ekstrakulikuler mading. Aku senang sekali mendengarnya, namun beliau tidak bisa menerimaku saat ini juga. Beliau mengatakan akan memanggilku saat tahun ajaran baru nanti. Di sekolah lain kepala sekolah mengatakan bahwa sekolahnya memang sangat membutuhkan guru matematika. Tapi peraturan yayasan menyatakan tidak boleh menerima 8