kalimat kalimat yang kelihatan filosofis juga adanya alusi kepada sebuah puisi yang dikenal serius Prof Dr Faruk H T budayawan Cerpen cerpen Eko Triono berupaya memberi nyawa pada sejumlah entitas yang selama ini tidak dianggap hidup Kisah kisahnya bergerak dengan napas napas baharu yang bisa saja tak terduga tak terencana tak kasatmata Damhuri Muhammad sastrawan redaktur sastra Media Indonesia Andaikan bahasa adalah air maka bahasa cerpen Eko adalah ombak dan bukan riak Tia Setiadi kritikus sastra Eko Triono tidak membiarkan pembacanya tenang Ia bersengaja meninggalkan kegelisahan melalui tulisannya Kisah kisah dalam buku ini sebaiknya dinikmati secara utuh Lalu tak apa jika kemudian kamu melamun Karena Melamun bukan membuang waktu melainkan menciptakan waktu menciptakan jeda untuk memeriksa apa yang sudah kita miliki atau apa yang baru saja hilang baru saja pergi Paradisa Apodakalimat-kalimat yang kelihatan filosofis, juga adanya alusi kepada sebuah puisi yang dikenal serius. —Prof. Dr. Faruk H.T., budayawan “Cerpen-cerpen Eko Triono berupaya memberi nyawa pada sejumlah entitas yang selama ini tidak dianggap hidup. Kisah-kisahnya bergerak dengan napas-napas baharu yang bisa saja tak terduga, tak terencana, tak kasatmata....” —Damhuri Muhammad, sastrawan, redaktur sastra Media ...Indonesia. Andaikan bahasa adalah air maka bahasa cerpen Eko adalah ombak dan bukan riak. —Tia Setiadi, kritikus sastra ? Eko Triono tidak membiarkan pembacanya tenang. Ia bersengaja meninggalkan kegelisahan melalui tulisannya. Kisah-kisah dalam buku ini sebaiknya dinikmati secara utuh. Lalu tak apa jika kemudian kamu melamun. Karena…. Melamun bukan membuang waktu, melainkan menciptakan waktu; menciptakan jeda untuk memeriksa apa yang sudah kita miliki atau apa yang baru saja hilang, baru saja pergi. —Paradisa Apoda