Jika mendengar kata iman maka yang terlintas di benak kita adalah kualitas seseorang dalam memeluk Islam Kita pun akan bersepakat bahwa semakin baik keimanan seseorang semakin berbahagialah hidupnya Namun mengapa kita justru melihat sebagian besar umat Islam terjerembab dalam kesengsaraan Mengapa kita justru melihat bahwa keimanan itu tidak bersatu dengan kebahagiaan Ternyata sikap dan persepsi kita tentang keimanan perlu disegarkan kembali Sehingga kekuatan spiritual yang tersembunyi dalam diri kita sebagai seorang mukmin dapat kembali menyatukan antara iman dan kebahagiaan Buku ini merupakan buku pertama dari kitab Jaddid Imanaka yang kami terbitkan dalam dalam dua seri Melalui goresan penanya Dr Mukmin Fathi Al Haddad menjelaskan jika kebahagiaan itu terdapat dalam kelapangan dada kedamaian dan ketenangan hati maka hanya seorang mukmin lah yang berhak atas kebahagiaan "Jika mendengar kata ‘iman’, maka yang terlintas di benak kita adalah kualitas seseorang dalam memeluk Islam. Kita pun akan bersepakat bahwa semakin baik keimanan seseorang, semakin berbahagialah hidupnya. Namun, mengapa kita justru melihat sebagian besar umat Islam terjerembab dalam kesengsaraan? Mengapa kita justru melihat bahwa keimanan itu tidak bersatu dengan kebahagiaan? Ternyata, ...sikap dan persepsi kita tentang keimanan perlu disegarkan kembali. Sehingga kekuatan spiritual yang tersembunyi dalam diri kita—sebagai seorang mukmin—dapat kembali menyatukan antara iman dan kebahagiaan. Buku ini merupakan buku pertama dari kitab Jaddid Imanaka yang kami terbitkan dalam dalam dua seri. Melalui goresan penanya, Dr. Mukmin Fathi Al-Haddad menjelaskan jika kebahagiaan itu terdapat dalam kelapangan dada, kedamaian dan ketenangan hati, maka hanya seorang mukmin lah yang berhak atas kebahagiaan."