Ketika Asap-Asap itu Memudar

Ketika Asap-Asap itu Memudar

Gunung Mahendra

Telah di baca oleh 2 pemustaka, dengan total durasi baca 00:19:12

Deskripsi Buku

Sebagai manusia normal aku justru membeku menyaksikannya Sungsang keberanianku Bagaimana tidak selain ldquo salju rdquo pekat makin menderas gugur membenamkan jalanan dan rumah di tiap sudut Langit begitu sendu Berat sekali Tidak Kurasa ini bukan mendung Bukan juga gerhana Hei jika ini gerhana tidak perlu menunggu lebih dari satu jam untuk mempersilakan matahari tampil usai bersolek Tapi apa ini Dan apa yang membuatmu menancapkan pandangan kepadanya Sebagai manusia normal aku justru membeku menyaksikannya Sungsang keberanianku Bagaimana tidak selain ldquo salju rdquo pekat makin menderas gugur membenamkan jalanan dan rumah di tiap sudut Langit begitu sendu Berat sekali Tidak Kurasa ini bukan mendung Bukan juga gerhana Hei jika ini gerhana tidak perlu menunggu lebih dari satu jam untuk mempersilakan matahari tampil usai bersolek Tapi apa ini Dan apa yang membuatmu menancapkan pandangan kepadanya Dan butuh keteguhan untuk memastikannya Baiklah kurasa ini pertanda bahwa lsquo pria itu sudah muncul dari balik dua tirainya rsquo Aku yakin kalian memahami siapa yang aku maksud Tidak kurang jelas Mari kita sederhanakan Kata kuncinya dia adalah sutradara palsu yang mendapat limpahan kelebihan untuk mengkreasi alurnya sendiri Dunia pernah merasakan aksinya Dua kali Perseteruan maha dahsyat yang mempertemukan dua kutub militer terbesar Edisi pertama dimenangkan penakluk kekhalifan terakhir Ustmani Dan jawara kedua ialah yang mempecundangi der F uuml hrer di negaranya sendiri

Sebagai manusia normal, aku justru membeku menyaksikannya. Sungsang keberanianku. Bagaimana tidak, selain “salju” pekat makin menderas gugur, membenamkan jalanan dan rumah di tiap sudut. Langit begitu sendu. Berat sekali. Tidak. Kurasa ini bukan mendung. Bukan juga gerhana. Hei, jika ini gerhana, tidak perlu menunggu lebih dari satu jam untuk mempersilakan matahari ...

Tapi, apa ini? Dan, apa yang membuatmu menancapkan pandangan kepadanya?

Sebagai manusia normal, aku justru membeku menyaksikannya. Sungsang keberanianku. Bagaimana tidak, selain “salju” pekat makin menderas gugur, membenamkan jalanan dan rumah di tiap sudut. Langit begitu sendu. Berat sekali. Tidak. Kurasa ini bukan mendung. Bukan juga gerhana. Hei, jika ini gerhana, tidak perlu menunggu lebih dari satu jam untuk mempersilakan matahari tampil usai bersolek.

Tapi, apa ini? Dan, apa yang membuatmu menancapkan pandangan kepadanya?

Dan, butuh keteguhan untuk memastikannya. Baiklah. kurasa, ini pertanda bahwa ‘pria itu sudah muncul dari balik dua tirainya.’ Aku yakin, kalian memahami siapa yang aku maksud.

Tidak, kurang jelas?

Mari, kita sederhanakan. Kata kuncinya, dia adalah sutradara palsu yang mendapat limpahan kelebihan untuk mengkreasi alurnya sendiri. Dunia pernah merasakan aksinya. Dua kali. Perseteruan maha dahsyat yang mempertemukan dua kutub militer terbesar. Edisi pertama dimenangkan penakluk kekhalifan terakhir, Ustmani. Dan jawara kedua ialah yang mempecundangi der Führer di negaranya sendiri.

Detail Buku

Ketersediaan
1/1
Jumlah Halaman
114
Kategori
Sub Kategori
Penerbit
Tahun Terbit
ISBN
978-623-247-975-3
eISBN
978-623-247-976-0

Buku Rekomendasi

Lihat Semua

Buku Terkait

Lihat Semua